karena7adalahmysteri

There's so many things counted in seven. The Skys, The Seas, The Days, and so do I. Seven is the biggest mysteri I've ever found

Saturday, May 26, 2007

Kenapa Kita Harus Bangga Jadi Orang Indonesia

Selalu aku bilang, tak ada kata terlambat untuk sebuah kebaikan. Begitu pula dengan apa yang aku tulis hari ini. Ini tentang film (aku memberinya istilah) fenomenal, Naga Bonar jadi 2.
Ceritanya begini, hari Kamis kemarin, film Naga Bonar Jadi 2 (selanjutnya aku tulis NBj2 aja) baru di puter di bioskopo 21 di tempatku. Tau sendiri lah, kota kecil macem Purwokerto, pasti telat sampai sebulanan dibanding kota besar untuk muter sebuah film unggulan. Sebenernya pas tayang perdana dulu, aku pengin nonton di Jogja, tapi nggak ada waktu. akhirnya bersabar menunggu giliran.
Well, NBj2 bagiku adalah kombinasi antara rasa bangga sebagai anak bangsa (yang meskipun selalu dijajah oleh bangsa lain) rasa haru dan sekaligus hiburan.
Kebanggaan, karena di jaman seperti sekarang ini, dimana orang berlomba-lomba menampakkan kebanggaanya jika bergaya ala Amerika atau Eropa, ternyata masih ada orang-orang seperti Dedy Mizwar dan Tora Sudiro. Mereka rela bertaruh dengan sebuah kerugian dengan menentang arus, membuat film yang sungguh jauh melenceng dari film bertema horor dan percintaan yang sedang ngeterend. Meski ada kisah cinta, tapi mereka tidak terjebak pada adegan yang mengumbar birahi dengan adegan ciuman antar bibir atau pakaian yang mempertontonkan pangkal payudara dan pangkal paha wanita. Salut buat Deddy Mizwar.
Pesan moral dalam film ini juga sangat banyak, mulai dari hubungan bapak anak, rakyat dan negara, orang miskin dan orang kaya, sampai pengusaha dan pejabat. Belum lagi masalah aturan dan kebijakan yang juga ikut disentil dengan ringan tapi sangat mengena (seandainya para pejabat korup itu mau menyadarinya).
Rasa haru muncul saat Naga Bonar mengunjungi tugu proklamasi. Seluruh bulu kuduk berdiri, mendengar ucapannya pada Umar, si supir Bajaj tentang arti pentingnya memberikan penghargaan pada pahlawan. Paling merinding adalah saat Naga Bonar memanjat tali yang tergantung di tangan Jenderal Soedirman yang sedang menghormat pada barisan mobil-mobil pribadi yang hilir mudik di hadapannya.
"Turunkan tanganmu Jenderal. Aku mohon, turunkan. Apa yang kau hormati Jenderal. Tolong turunkan. Tak pantas kau hormati mereka. Turunkan Jenderal". Sumpah, kamu pasti bakal langsung meneteskan air mata melihat rasa cinta tanah air dan penghargaan pada pahlawan yang sebesar ini. Kecuali kamu memang orang yang biadab.
Perasaan terharu juga muncul saat Bonaga (Tora Sudiro) membuang kertas perjanjian kerja sama investasi dengan Jepang (yang nota bene penjajah Indonesia) dan memilih menuruti keinginan Naga Bonar untuk tetap memelihara kebun kelapa sawit mereka. Lebih baik mati berkalang tanah daripada bekerja sama dengan penjajah. Mungkin itu pesan yang ingin disampaikan.
Meski menyelipkan pesan-pesan berat, tapi NBj2 mampu membawakannay dengan ringan. sehingga kita tak merasa digurui. lebih dari itu, kita justru merasa disadarkan, betapa selama ini kita telah lupa pada jasa para pahlawan, tak menghargai perjuangan mereka dan lebih parah lagi, tak memperhatikan kehidupan keluarganya.
Tanpa banyolan konyol yang kadang membuatnya terkesan murahan, kita tetap bisa tertawa terbahak-bahak dengan aksi kocak adegan-adegan dalam film ini. misalnya saat Naga Bonar (terpaksa) mencopet dompet Jaki (Michael Muliadro) di airport gara-gara ni anak ngeyel nggak mau bayar jasa porter. pesan singkatnya mungkin kayak robinhood, mencuri untuk diberikan pad ayang berhak. atau pada adegan-adegan tanpa kata Naga Bonar dan Bonaga saat habis bertengkar.
Last but not least, ini adalah film Indonesia terbaik yang pernah aku lihat. Sebelumnya memang ada Petualangan Sherina yang cukup bagus, tapi NBj2 ini jauh di atas semua film Indonesia yang pernah kutonton. Tak heran, Yusuf Kalla, Marie Elka Pangestu dan sederet menteri bahkan Presiden pun rela meluangkan waktunya untuk menonton film ini. Coba bayangkan seandainya ada 10 saja orang seperti Dedy Mizwar di Indonesia. Setiap satu orang, bikin satu saja karya setiap tahun, maka setiap tahun akan ada 10 film yang mempu menggugah kesadaran warga Indonesia untuk bangkit dan merasa bangga dengan Indonesia, tanah tumpah dan bangsanya.

Sunday, May 20, 2007

Motifasi Pertemanan

Hei, ngomong-ngomong pernah nggak si kalian berpikir apa sebenarnya motivasi pertemanan yang kita buat? kebutuhan atau memanfaatkan?
OK kita bahas yang kedua dulu. Kita pasti jarang sekali atau malah mungkin nggak pernah menyadari kalau sebenarnya sebagian besar motivasi pertemanan yang kita buat adalah karena dasar ini. ya MEMANFAATKAN. It's sound's terible. Ya, tragis dan sekaligus sadis banget ya kayaknya.
Tapi kalo mau jujur, kamu pasti akan mengiyakannya. Nggak percaya. OK, sekarang inget-inget dech, banyakan mana peristiwa 'pemanfaatan' yang terjadi dalam pertemanan kita dibandingkan dengan apa yang kita lakukan pada teman kita (dalam bahasa lebih lugas, kita yang dimanfaatkan).
Misalnya berapa kali kita minta tolong ini, minta tolong itu pada teman kita. Inget juga, untuk alasan apa kita mengunjungi seorang kawan. Apakah sekedar main atau karena butuh sesuatu. Mungkin catatan kuliah, mungkin pinjam program komputer, minta gambar wallpaper, nyoba lipstik, nyoba parfum (ini bukan buat aku, tapi buat yangc ewek), atau yang paling sederhana mungkin menyuruhnya mendengarkan ceritamu.
Kita jarang sekali mau datang ke rumah teman tanpa sebuah kepentingan atau mission, Betapapun sederhananya hal itu. Inget-inget lagi, sudah berapa lama kita tak berhubungan dengan seorang teman hanya karena kita tidak mempunyai cukup hal atau alasan yang bisa menghubungkan kita dengan mereka. Lebih jelasnya, kita tak butuh mereka.
Memikirkan ini semua, kadang aku jadi termenung. Betapa dalam hal sekecil apapun, manusia itu sungguh makhluk yang sangat perhitungan. Tak mau rugi. Segala sesuatu yang diperbuatnya harus menguntungkan dirinya sendiri, betapapun kecilnya keuntungan itu. Betapa naifnya kita ya. Berhubungan dengan orang lain, even itu ortu kita sendiri, hanya untuk sebuah pamrih dan keuntungan.
Sungguh, ini sama sekali bukan pertemanan dalam artian yang hakiki. Ini adalah hubungan sosial formal yang penuh dengan intrik. Tak berbeda dengan paham-paham imperialisme dan kapitalisme. Ya, MEMANFAATKAN orang lain untuk mendapatkan KEUNTUNGAN.
Memang, ada klausul saling memberi dan menerima dalam traktat pertemanan. Namun yang sering terjadi adalah saling meminta dan menerima. Jadi posisinya bukan aktif memberi, tapi aktif menuntut. Dengan klausul ini, berarti kosakata 'berkorban demi teman' dengan sendirinya akan menjadi kosakata yang perlu dipertanyakan maknanya. Soalnya, seberapapun ikhlasnya kita 'berkorban' untuk teman kita, pasti akan tergurat sebuah kutukan karena merasa senantiasa dimanfaatkan.
Jadi kata ikhlas sendiri mesti kita definisikan ulang dalam konteks ini, meski arti dasarnya katanya memberi tanpa mengharapkan kembali. Aku yakin ini tidak berlaku dalam pertemanan. Ini hanya berlaku dalam cinta tulus. Seorang kakak pada adiknya, orang tua pada anaknya atau sebaliknya. Suami pada istri? Saya rasa tidak. Mereka lebih cenderung sama seperti pertemenan, kapitalisme dan kadang bisa berubah juga menjadi imperialisme jenis baru bernama perbudakan dalam rumah tangga yang menghadirkan KDRT.
Lalu, pertemanan berdasar kebutuhan itu seperti apa? Apakah kebutuhan untuk diakui keberadaanya, atau kebutuhan karena kesadaran bahwa kita memang tak bisa hidup sendiri. Kalau alasannya ini, maka motif memanfaatkan juga masih berlaku. Kita melakukan aksioma pertemanan ini untuk sebuah investasi. Sebuah tabungan agar suatu saat mereka bisa memberikan sesuatu pada kita. Entah bentuknya seperti apa. apakah itu pujian, bantuan berupa materi ataupun moral dan sebagainya.
Jadi apa yang harus kita lakukan agar tak terjebak dengan motif-motif seperti ini? Sulit sekali. Ya bener. Sulit sekali. Tapi ambillah sebuah cermin. Lalu lihatlah ke dalamnya. Bukan cermin biasa. Tapi cermin itu adalah hati. Lihatlah ke dalamnya. Lihatlah ambisi dan keserakahan yang membuatnya menjadi keruh. Lihatlah betapa titik cahaya bernama keikhlasan itu semakin meredup di dalamnya. Ambil setitik sinar itu, dan basuhlah setiap bagian dari cermin itu. Dan kita akan tahu, untuk apa kita hidup bersama dengan orang lain (teman).

Wednesday, May 02, 2007

Anihilasi Zionis Yahudi

ini adalah mysteri lain yang selalu menggangu hidupku sekitar delapan tahun belakangan.....
selama hampir seminggu ini, tanpa kenal lelah, (ceile...) aku mengunjungi book fair. sebenarnya alasan paling tepat adalah mendapatkan buku sebanyak-banyaknya dengan duit sesedikit mungkin. ya. ini prinsip ekonomi. nyatanya prinsip yang dikeluarkan para kapitalis ini lumayan berguna. dengan duit sekitar Rp 300-an ribu, aku sudah mendapatkan 22 buku. jumlah yang tidak mungkin aku dapat dalam kondisi normal di Purwokerto, kota kecil yang konon dicap sebagai kota pelajar, tapi tak punya toko buku yang qualified (eh, tapi barusan, sore ini, katanya toko buku gramedia buka di Sri ratu. kabar baik untuk menghabiskan 10 persen gajiku tiap bulan).
OK, balik lagi ke book fair. seperti pameran (aku sebenernya tidak begitu sependapat dengan istilah ini. mungkin lebih tepatnya istilahnya jualan bareng dengan permainan diskon yang kelihatannya sangat besar. yang kalo diitung-itung, mereka pasti tetep aja untung) sebelumnya, pameran kali ini juga menyajikan ribuan jenis judul buku dari sekitar 200-an penerbit. ada buku tentang pertanian, peternakan, budi daya tanaman x atau hewan z, teenlit, kumpulan cerpen, buku-buku pembangkit motivasi, novel islami model ayat-ayat cinta, buku-buku berbau 'kiri' dan novel-novel penghujat kristenitas.
dua jenis buku terakhir adalah yang paling menarik perhatianku. saat pertama kali The Da Vinci Code muncul, dunia geger. pengungkapan fakta-fakta berupa tempat-tempat bersejarah di seantero Perancis dan Inggris yang dijalin lewat kejeniusan (khas Yahudi) pilihan kata-kata Dan Brown membuat fiksi yang dikarangnya seolah adalah nyata. Ya. Yesus Kristus yang diyakini oleh orang-orang Nasrani sebagai Tuhan ternyata hanya manusia biasa.
tidak ada sifat keilahian seperti yang dipercayai jutaan penganut kristenitas di seluruh dunia pada diri Yesus. Lebih dari itu, Yesus ternyata punya anak dan istri. sebuah kenyataan yang selama ini sangat ditutup rapat-rapat oleh orang-orang vatikan melalui jutaan gerejanya yang tersebar di delapan penjuru mata angin.
parahnya lagi, agama ini lewat beberap bukti terakhir (hasil penelitian dan penelusuran sejarah, telah ditemukan tulisan Yesus sendiri, injil tulisan maria magdalena dan bukti adanya makam Yesus di Kashmir Pakistan) ternyata hanya merupakan "kesepakatan yang telah direncanakan oleh sekelompok orang melalui Konsili Necea pada tahun 300-an". bagaimana mungkin, agama yang sudah mempengaruhi jaman sampai 2 milenium ini ternyata hanya hasil pemikiran orang-orang yang gila hormat di vatikan sana?
Dan Brown mengawali sebuah gelombang penghujatan dan munculnya skeptisme atau bahkan apatisme terhadap agama yang dibawa 'sang juru selamat' itu. gelombang protes sama hebatnya dengan keragu-raguan yang dimunculkannya. dewan gereja berlomba-lomba membongkar kelemahan dan kebohongan (kalo memang harus dikatakan demikian) Dan Brown. Tapi anehnya, bukannya menghilang. buku-buku dengan tema dan bahkan sampul yang mirip dengan The Da Vinci code bermunculan di semua toko buku. kita pasti bisa menebak, kalangan gereja semakin kalang kabut dibuatnya.
topik atau buku kedua yang sekarang ini sedang marak adalah buku bernada 'kiri'. istilah kiri ini dipakai untuk menggantikan kata komunisme, fasisme, sosialis dan nazi yang dianggap kiri, sementara haluan agama disepakati sebagai aliran kanan. sedang demokrasi, digembar-gemborkan sebagai aliran paling baik. ada di tengah. aku sendiri lebih senang menamakan buku-buku itu sebagai buku merah. soalnya ada dominasi warna merah selain warna hitam. biasanya bergambar swastika atau palu dan sabit sebagai lambang nazi dan komunis.
keberhasilan dan kehebatan fidel castro, che guevara, hitller dengan nazi-nya, Sukarno, benito musolini dan tokoh-tokoh yang tak sehaluan dengan demokrasi kembali marak dibukukan. seoalah ada sebuah belenggu yang tercerabut, membebaskan buah pikiran karl mark dan charles darwin menjadi inspirasi sekaligus alternatif bacaan bagi semua orang yang bisa membelinya.
Aku yakin ini pasti ada apa-apanya. kita mesti ingat tujuan utama zionisme adalah menghancurkan semua agama dan tatanan mapan yang ada di semua tempat. cita-cita mereka satu, mewujudkan sebuah koloni besar dunia dengan satu pemerintahan. ingat istilah novus ordo scholarum di uang satu dolar Amerika dengan gambar pyramid yang diawasi sebuah mata bercahaya? ya. mereka menginginkan sebuah pemerintahan global yang diperintah oleh raja mereka, sang Dajjal.
memunculkan kembali faham sosialis dan fasis atau bahkan keraguan atas keabsahan agama kristen aku yakin adalah sebuah skenario besar yang mereka susun. ini hanya langkah kecil yang sedang mereka buat. bukan tidak mungkin, setelah ini ada novel yang menghujat Islam seperti karya Salman Rusdie dengan Ayat-ayat Setannya beberapa waktu lalu.
sebagai sebuah wacana, kita boleh lah membaca buku-buku itu. artinya cuma sebatas mengerti untuk mewaspadai, langkah apa yang akan diambil para agen Iblis itu. setelah itu, kewaspadaan ekstra besar mesti kita buat dan jalinan persaudaraan antara umat Islam mesti kita kencangkan. tujuannya satu, menangkal dan menghancurkan zionisme dari muka bumi. berperang dengan mereka sampai titik darah penghabisan.
sebenarnya bukan hanya ini yang peru kita perhatikan. lihat tayangan di televisi, berita di koran dan berbagai opini publik yang dibuat oleh penguasa media. semuanya mengarah pada kebebasan mengeluarkan pendapat yang kebablasan, yang suatu saat bisa mengakibatkan anihilasi. penghancuran.