Mysteri Waktu

Malam ini, ato lebih tepatnya beberapa jam lagi (aku tidak tau kapan tepatnya) aku 'ultah' (ini istilah yang ke bawah nanti bakal kita bahas). Tanpa kusadari, ternyata sudah hampir 27 tahun aku menghabiskan jatah usia yang juga tak aku ketahui berapa sisanya.
Ada sebuah pertanyaan menggelitik (mungkin lebih tepatnya bodoh) yang selalu datang setiap ulang tahun.
Ya. Sebenarnya kapankah saat yang paling tepat, I mean, detik, menit, dan jam, bagi kita untuk berulang tahun.
Pertanyaan ini, exactly aku dapatkan saat aku nongkrong di wese sambil mengerahkan tenaga dalam. You know what? Ya, waktu itu, aku bangun tidur, nggak sholat shubuh dan bangun karena mimpi basah. Dengan perasaan jengkel, aku pergi ke kamar berukuran 1 x 1 meter itu dan mengerahkan tenaga dalamku. Nah, di sela-sela pengerahan tenaga dalam yang pertama dan yang ketiga (don't know how much exactly, bisa tiga, empat ato lima bahkan 10) aku menyesal kenapa nggak bangun pas adzan subuh. Buntutnya, aku malah nggak sholat subuh dan kehilangan segalanya.
Aku kemudian sadar, 'waktu' itu ternyata tidak bisa diulang. Ya, tidak akan pernah waktu berputar kembali seperti harapan semua orang yang menyesal karena telah berbuat kesalahan. "I wish I could turn back the time" begitu sering digumamkan atau bahkan diteriakkan orang saat dia menyesali segalanya sudah terlambat. Aku kemudian membuat kesimpulan, 'waktu' itu menempuh sebuah garis lurus seperti yang tak mempunyai titik temu antara ujung dan pangkalnya. Karena berjalan di jalur yang lurus dan berjalan ke depan, maka tak mungkin ada istilah 'ulang'. Setiap saat adalah 'hal yang baru'. Detik sekarang (saat aku menulis kata 'sekarang) sudah jelas berbeda dengan detik sat aku menulis kata 'ini'. Dengan pemahaman ini, maka tak mungkin ada istilah ulang tahun. Wong tahun itu sendiri tidak ada yang berulang kok. Misalnya aku lahir tahun 1979, apakah nanti ada tahun 1979 lagi. Ya pasti ndak ada to?
Kembali ke (laptop, itu sich acaranya Tukul) masalah kapan sat yang paling tepat untuk menandai umur kita. Mungkin saat umur kita dikatakan tepat 12, 20 ato 27 seperti aku saat ini, waktunya amat sangat pendek. Tau kenapa, karna ada satuan waktu. Katakan jam 12 teng! adalah saat kita tepat berumur 27 taun, tapi dalam bunyi "teng!" itu sendiri waktu sudah berjalan sekian mili detik.
Ingat, dalam balapan formula 1, MotoGP, Nascar, Indi 500 ato balapan lain di seantero jagat, waktu seperseribu detik itu bisa mengubah nasib orang. Pun demikian dengan sepak bola. Keputusan untuk men-shoot bola ato mendrible-nya sesaat akan sangat menentukan gol ato tidaknya. Jadi sebenarnya berapa lama kita berumur 'segitu' taun? Wallohu a'lam bissawab . Hanya Allah yang tau kayaknya.
Sejenak aku kendurkan urat-urat perutku, menghela nafas (dan ouch, ternyata aku diselimuti bau yang nggak enak banget. He..he..he.., terang aja, kan di wese). Satu pertanyaan kembali muncul. Benarkah sejarah berulang?
Seperti yang sering dikatakan dalam berbagi ramalan. Misalnya tentang kehancuran atau bahkan kebangkitan sebuah negara or kerajaan di nusantara. Konon itu sudah bisa diramalkan dan selalu berulang setiap sekian ratus ato ribu taun. Jika demikian, apakah berarti 'waktu' itu melewati sebuah alur yang berjalan melingkar? Wah, malah jadi bingung. Padahal masih ada satu pertanyaan lagi yang tak kalah membingungkannya, yaitu tentang waktu yang berjalan mundur.
Ada banyak cerita yang membeberkan tentang orang-orang yang mampu mengarungi waktu ke masa lalu, atau sebaliknya. Misalnya kayak yang difilm fiksi ilmiah dengan Mesin Waktu.
Dalam kasus ini, aku yakin lintasan waktu itu lurus, kalo kemudian ada yang maju ato mundur, mungkin itu hanya seperti teori kereta api yang maju ato bergangsir (ini istilah nggak tau dari mana asalnya, tapi orang suka menyebut begitu kalo ada kereta yang mundur). Artinya orang bisa turun distasiun mana saja yang ia sukai, ato kalo terpaksa karena kecelakaan, dia diturunkan di stasiun yang sebenarnya tak ia kehendaki.
Sejarah adanya waktu menurut para ahli tak terlepas dari sejarah penciptaan alam semesta. Waktu tidak bisa dipisahkan dengan keberadaan ruang. Tidak ada ruang di luar alam semesta. Dan tidak ada waktu sebelum ada
alam semesta. Namun dalam kajian fisika, definisi waktu telah disederhanakan. Tidak tepat lagi dengan pemahamanan manusiawi. Kadang sulit difahami dengan nalar awam. Dalam kehidupan sehari-hari, pengalaman manusiawi terbagi dalam dua kelompok: Hal-hal yang objektif yang dapat dikenali dengan pancaindera tersebar dalam ruang. Sedangkan hal-hal subjektif (ide, pemikiran, kesadaran diri, emosi, dan sejenisnya) tersebar dalam waktu. Tidak dapat digambarkan dalam dunia nyata, tetapi mengungkapkan waktu masa lalu, sekarang, dan akan datang.
Sementara dalam fisika, waktu disederhanakan hanya apa yang tampak pada arloji atau pengukur waktu lainnya (misalnya, detak jantung, jumlah ayunan bandul, rotasi bumi, atau getaran atom). (bersambung)

wellcome in the world of mysteri

weizzz, untuk kedua kalinya akhirnya aku bikin blog di tempat ini. Dulu sempet bikin, cuma karna nggak pernah diisi, akhirnya lupa apa namanya dan kayak apa paswordnya.
blogku yang pertama, tyrexbiru.blog.com banyak berisi tentang kehidupan sehari-hariku.

Kejadian-kejadian yang berkesan banget ato bahkan yang nggak penting sama sekali. Sedang blogku yang kedua, biruraya26.blogs.friendster.com lebih banyak berisi mengenai perenungan tentang berbagai hal. Kebanyakan tentang cinta. Baik itu dalam arti sempit seperti percintaan dua orang manusia berbeda jenis, ataupun cinta dalam arti yang sangat luas. Mulai dari pembunuhan, perang, tipu muslihat sampai kebohongan-kebohongan yang tercipta sebagai dampak dari cinta itu sendiri.

Last but not least, di blog ini aku akan lebih banyak menulis tentang aku dan alam di sekelilingku yang kadang tak pernah bisa kupahami.

Kenapa blog ini aku namai mysteriketujuh dan kenapa tujuh adalah mysteri, jawabannya akan bisa ditemui kalo kamu terus mengikuti kejadian-kejadian unik lewat blog ini.

Enjoy my world.