karena7adalahmysteri

There's so many things counted in seven. The Skys, The Seas, The Days, and so do I. Seven is the biggest mysteri I've ever found

Thursday, January 11, 2007

How close are we?(with Homosex)

Have U ever thinking, that sometime maybe we are so close to the kondition called homo sexual (or maybe it's exactly more common called habbit?). Yup, I think semua orang sebenernya punya kecenderungan untuk berperilaku sebagai homoseks, apakah itu lesbian atau gay.
Mungkin kamu bakal langsung protes dengan ide ini. It's Okay. I mean, it's doesn't realy matter to me. Karna itu suatu yang wajar-wajar saja, sepanjang anda itu memang orang yang wajar dan waras. (Sory buat kamu yang merasa sebagai bagian kaum homoseks. Aku bukan sedang menjudge kamu sebagai tidak waras atau tidak wajar. Tapi bagi orang 'normal', anda itu memang bisa dibilang nggak wajar dan nggak waras, atau irasional.)
Anyway, back to the topic. Meski banyak orang bilang kalau homoskes itu sebagai penyimpangan atau ketidaknormalan, tapi sebenernya kita semua punya bakat dan kecenderungan ke arah itu. "Jadi Homoseks?" Yes it is. Ih...ngeri bgt. Gini, sadar nggak sadar, sebenernya kita kadang menilai orang yang sebenernya punya jenis kelamin sama kayak kita. Misalnya pas liat Brad Pit maen di pilem Mr & Mrs Smith. "Busyet...tuh Brad Pit keren banget. Coba ku bisa kayak dia, pasti banyak cewek yang nempel. Barangkali Angelina Jollie juga bakalan nempel ke aku? Eh, ada lho yang ngomong begituan, meski cuma di dalem hati. Ato pas lagi ngliat Tora Sudiro di film Arisan. Ehm..Tatonya bow! Cool bgt!! (Huek...Muntah aja
kalo pengin. Aku udah duluan kok)
Dan asal kamu tau, yang membatin beginian bukan cuma cowoknya, cewek juga banyak yang berandai-andai jadi Pamela Anderson misalnya, dengan Toket segede Semangka ato JeLo dengan Bokong (maaf, jorok dan vulgar banget ya. Ya udah, tak ganti Pantat aja deh) yang super gede. Kagum? So pasti.
Pembatinan-pembatinan begituan, sadar ato nggak ternyata merupakan sebuah reflek kesadaran dan kekaguman yang muncul dari alam bawah sadar manusia akan ketertarikan pada jenisnya sendiri. Mungkin kamu akan berkelit, "Ah, kita kan cuma mengandaikan
begituan, biar lawan jenis lebih tertarik,". Tapi menurutku, itu adalah sinyal tak sadar
yang muncul dari lubuk hati yang paling dalam.
Homoseksual sendiri kan sebenarnya memang udah ada sejak dulu banget. Sejak jamannya nabi Lut malah. Kaum Tsamud dalam Al-Qur'an dan beberapa kitab suci agama-agama menyebutkan bahwa kaum itu dijungkir balikkan dari bumi karena melakukan praktek homoskes tersebut. Bukan hukumannya yang aku soroti, tapi bahwa kebiasaan dan kecenderungan itu memang selalu muncul di setiap perjalanan sejarah manusia.
Trus pas lagi sendirian, aku juga kadang mikir, apa aku punya kecenderungan homo ya? Oh tidak. Aku kan seneng cewek, dan selalu membayangkan bisa melakukan hal-hal seperti yang dilakukan lelaki pada umumnya. You know lah....Hanya saja, sampe saat ini aku emang lebih banyak jalan sama cowok. Oni, Fuad, Heni (Dwi Cahyo nama lengkapnya), Toni, Kuat dan sebagainya, sekilas memang menegaskan anggapan dan ketakutan itu.
Kalo kemudian sampe umurku yang mau 28 ini aku belum punya cewek, aku absolutly yakin ini bukan karena aku hombreng. Sumpah deh, aku sama sekali nggak kebayang pacaran sama cowok. (Huekk...huekkk...huekkk. Muntah sampe semua makaanan di perut abis. Saking jijiknya membayangkan kita lagi main anggar)
Walah. KOk malh ngomong nggak karuan si. Sebenernya tadinya cuma mo ngomong begini, tadi siang tu aku ketemua sama seorang pria. Ceile...pria koh. Sebenernya lebih tepat dikatakan bin disebut Kakek Tua Bangka (nggak pake keparat si-tadinya) di bengkel. Pas lagi nunggu motor selese diservis, eh ada si kakek itu. Dia terlihat kegum banget sama aku (Sumpeh, ini bukan karena narcisku kumat, taip itu yang dia bilang sendiri). Trus, nggak tau awalnya gimana, dia lngsung mengakrabi aku dengan ngobrol ngalor ngidul.
Semuanya berjalan biasa aja (kayak lagunya trio libels. Mulanya biasa saja...Diantara Kita.. Berdua. Tak pernah ada rasa, cintaaa. Walah...kok malah nyanyi si). Tapi lama-lam ni kakek mulai agak kurang sopan. Pake merab-raba tangan.
"Wah, tangannya kok alus banget sich. Nggak pernah kerja keras ya?" katanya agk-agak genit. "Ya elah si Kakek. Kan udah aku bilang tadi, aku kerjanya make komputer. Mana bisa ni tangan kapalan. Emangnya nyangkul?" batinku. Tapi aku cuma berusaha menarik tanganku. Abis gitu, eh dia semakin kurang ajar. Dia pake meraba pahaku.
"Busyet ni kakek, kok jadi kurang ajar gini si," batinku lagi. "Wah, kamu seneng olah raga ya. Kakinya kenceng,' ujarnya lagi. "Ya mpyun nih kakek. Plis dech. Kalo mo ngrayu jangan yang aneh-aneh. Mendingan rayu aku untuk dikasih warisannya ato dikawinin ama cucunya yang cantik dan bahenol sambil ngeleg cendol. Udah jelas-jelas aku nggak pernah olah raga, pake sok tau lagi," gerutuku.
"Eh, maaf Kek, kayaknya motor saya udah selesai. Permisi sebentar ya" pamitku sopan. Aku langsung cabut ke kasir dan mbayar biay servis. Abis itu, sebagai unggah-ungguh, aku pamit baik-baik (lagi? ketagihan kali ya). Tau nggak, dia keliatan kecewa banget aku tinggalin. Tapi sebodo amat lah. Dari pada dihombrengin kakek TBK (Tua Bangka Keparat!-Akhirnya aku tega menggunakn istilah ini) mendingan...KABUUUR......

0 Comments:

Post a Comment

<< Home