karena7adalahmysteri

There's so many things counted in seven. The Skys, The Seas, The Days, and so do I. Seven is the biggest mysteri I've ever found

Sunday, May 20, 2007

Motifasi Pertemanan

Hei, ngomong-ngomong pernah nggak si kalian berpikir apa sebenarnya motivasi pertemanan yang kita buat? kebutuhan atau memanfaatkan?
OK kita bahas yang kedua dulu. Kita pasti jarang sekali atau malah mungkin nggak pernah menyadari kalau sebenarnya sebagian besar motivasi pertemanan yang kita buat adalah karena dasar ini. ya MEMANFAATKAN. It's sound's terible. Ya, tragis dan sekaligus sadis banget ya kayaknya.
Tapi kalo mau jujur, kamu pasti akan mengiyakannya. Nggak percaya. OK, sekarang inget-inget dech, banyakan mana peristiwa 'pemanfaatan' yang terjadi dalam pertemanan kita dibandingkan dengan apa yang kita lakukan pada teman kita (dalam bahasa lebih lugas, kita yang dimanfaatkan).
Misalnya berapa kali kita minta tolong ini, minta tolong itu pada teman kita. Inget juga, untuk alasan apa kita mengunjungi seorang kawan. Apakah sekedar main atau karena butuh sesuatu. Mungkin catatan kuliah, mungkin pinjam program komputer, minta gambar wallpaper, nyoba lipstik, nyoba parfum (ini bukan buat aku, tapi buat yangc ewek), atau yang paling sederhana mungkin menyuruhnya mendengarkan ceritamu.
Kita jarang sekali mau datang ke rumah teman tanpa sebuah kepentingan atau mission, Betapapun sederhananya hal itu. Inget-inget lagi, sudah berapa lama kita tak berhubungan dengan seorang teman hanya karena kita tidak mempunyai cukup hal atau alasan yang bisa menghubungkan kita dengan mereka. Lebih jelasnya, kita tak butuh mereka.
Memikirkan ini semua, kadang aku jadi termenung. Betapa dalam hal sekecil apapun, manusia itu sungguh makhluk yang sangat perhitungan. Tak mau rugi. Segala sesuatu yang diperbuatnya harus menguntungkan dirinya sendiri, betapapun kecilnya keuntungan itu. Betapa naifnya kita ya. Berhubungan dengan orang lain, even itu ortu kita sendiri, hanya untuk sebuah pamrih dan keuntungan.
Sungguh, ini sama sekali bukan pertemanan dalam artian yang hakiki. Ini adalah hubungan sosial formal yang penuh dengan intrik. Tak berbeda dengan paham-paham imperialisme dan kapitalisme. Ya, MEMANFAATKAN orang lain untuk mendapatkan KEUNTUNGAN.
Memang, ada klausul saling memberi dan menerima dalam traktat pertemanan. Namun yang sering terjadi adalah saling meminta dan menerima. Jadi posisinya bukan aktif memberi, tapi aktif menuntut. Dengan klausul ini, berarti kosakata 'berkorban demi teman' dengan sendirinya akan menjadi kosakata yang perlu dipertanyakan maknanya. Soalnya, seberapapun ikhlasnya kita 'berkorban' untuk teman kita, pasti akan tergurat sebuah kutukan karena merasa senantiasa dimanfaatkan.
Jadi kata ikhlas sendiri mesti kita definisikan ulang dalam konteks ini, meski arti dasarnya katanya memberi tanpa mengharapkan kembali. Aku yakin ini tidak berlaku dalam pertemanan. Ini hanya berlaku dalam cinta tulus. Seorang kakak pada adiknya, orang tua pada anaknya atau sebaliknya. Suami pada istri? Saya rasa tidak. Mereka lebih cenderung sama seperti pertemenan, kapitalisme dan kadang bisa berubah juga menjadi imperialisme jenis baru bernama perbudakan dalam rumah tangga yang menghadirkan KDRT.
Lalu, pertemanan berdasar kebutuhan itu seperti apa? Apakah kebutuhan untuk diakui keberadaanya, atau kebutuhan karena kesadaran bahwa kita memang tak bisa hidup sendiri. Kalau alasannya ini, maka motif memanfaatkan juga masih berlaku. Kita melakukan aksioma pertemanan ini untuk sebuah investasi. Sebuah tabungan agar suatu saat mereka bisa memberikan sesuatu pada kita. Entah bentuknya seperti apa. apakah itu pujian, bantuan berupa materi ataupun moral dan sebagainya.
Jadi apa yang harus kita lakukan agar tak terjebak dengan motif-motif seperti ini? Sulit sekali. Ya bener. Sulit sekali. Tapi ambillah sebuah cermin. Lalu lihatlah ke dalamnya. Bukan cermin biasa. Tapi cermin itu adalah hati. Lihatlah ke dalamnya. Lihatlah ambisi dan keserakahan yang membuatnya menjadi keruh. Lihatlah betapa titik cahaya bernama keikhlasan itu semakin meredup di dalamnya. Ambil setitik sinar itu, dan basuhlah setiap bagian dari cermin itu. Dan kita akan tahu, untuk apa kita hidup bersama dengan orang lain (teman).

0 Comments:

Post a Comment

<< Home